Di sebuah hutan, ada seekor monyet yang terkenal nakal dan sombong. Ia suka mengejek dan mengganggu penghuni hutan lainnya. Suatu hari, si monyet berjalan dengan lagak seperti raja hutan. Ia mengganggu siapa saja yang ditemuinya. Kelinci yang sedang asyik makan dikagetkannya dengan suara bentakan hingga kelinci itu melompat tinggi.
“Huh, dasar kamu monyet jahat!” gerutu kelinci.
“Hahaha...” si monyet tertawa keras.
Di sebuah cabang pohon, si monyet melihat seekor burung sedang merangkai ranting dan rumput kering menjadi sebuah sarang. Monyet mencari beberapa kerikil. Dilemparinya sarang burung yang belum jadi itu. Burung itu kaget. Beberapa kerikil mengenai sarangnya. Sarang itu pun rusak. Demi melihat monyet yang tertawa terpingkal-pingkal di bawah, burung itu merasa jengkel.
“Monyet, kamu keterlaluan. Awas, kamu pasti akan mendapatkan balasannya,” kata si burung.
“Hahaha...” si monyet tertawa keras.
Si monyet melanjutkan perjalanannya. Ia melihat seekor kura-kura di depannya.
“Hai, kura-kura!” sapa monyet. “Sepertinya kamu belum makan. Kamu terlihat lemas. Jalanmu pelan sekali.”
“Memang seperti ini jalannya kura-kura,” kata kura-kura dengan kesal.
“Kamu pasti lapar. Aku akan membantumu mencari makan,” kata monyet.
“Tidak perlu. Kamu pasti malah membuatku susah.”
“Tadi aku melewati pohon belimbing yang berbuah. Kamu harus makan dulu biar jalanmu bisa cepat. Sini aku bantu,” monyet mengangkat kura-kura itu kemudian berjalan berbalik ke belakang.
“Lepaskan aku, monyet. Mau kaubawa ke mana aku?”
Monyet membawa kura-kura itu menuruni sebuah lembah.
“Ini pohon belimbingnya. Makanlah dulu biar kuat,” kata monyet sambil meletakkan kura-kura di bawah pohon belimbing.
“Monyet, belimbing ini belum matang, masih hijau dan kecil-kecil,” kata kura-kura. “Lagipula, buahnya tinggi. Aku pasti takbisa menjangkaunya.”
“Kura-kura, selamat menikmati buah belimbing, ya! Hahaha!” tawa monyet dengan puas sambil berjalan menjauh. Pasti butuh waktu yang lama bagi kura-kura itu untuk naik kembali ke jalan, begitu pikiran usil kura-kura.
“Monyet, kamu pasti akan mendapat balasannya.”
***
Di sebuah lubang, kura-kura, kelinci, dan burung melakukan rapat rahasia. Mereka akan memberi pelajaran kepada monyet agar tidak mengganggu mereka lagi.
***
Keesokan harinya, monyet kembali berjalan melewati jalan itu. Si burung berada di atas pohon mengawasi monyet. Ia bersiul memberi tanda bahwa si monyet telah dekat. Kelinci segera tanggap. Ia pura-pura memakan wortel dengan nikmatnya. Si monyet berjalan mengendap-endap. Ia hendak mengagetkan kelinci lagi.
“Ha!” bentak monyet sambil menghentakkan kakinya pada tanah. Sekonyong-konyong, tanah yang diinjak monyet itu amblas. Monyet pun jatuh ke dalam sebuah lubang.
Si burung terbang berputar-putar di atas lubang sambil membawa kerikil. Dilepaskannya kerikil itu ke arah monyet. Beberapa kerikil mengenai tubuhnya.
“Ampun!” kata monyet.
Kelinci dan kura-kura memasukkan tanah dan rerumputan ke dalam lubang. Semakin lama, lubang itu semakin terisi tanah dan rerumputan.
“Ampun! Jangan melempari aku dengan kerikil lagi. Jangan mengubur aku dengan tanah dan rumput. Tolong, lepaskan aku.”
“Monyet, kamu selalu mengganggu kami. Kami sudah tidak tahan lagi kauganggu,” kata kura-kura.
“Maafkan aku, kura-kura, kelinci, dan burung. Aku mengaku salah,” kata monyet.
“Monyet,“ kata kelinci, “tidak enak, kan, rasanya diganggu dan disakiti. Kita bersama-sama hidup di hutan. Kita harus saling menghormati. Kita harus saling menjaga. Bukannya malah mengganggu penghuni hutan lainnya seperti perbuatanmu selama ini.”
“Maafkan aku. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi.”
“Kami akan melepaskanmu, monyet. Kami tidak berniat mencelakakanmu. Kami hanya ingin memberimu pelajaran.”
Mereka pun menolong monyet keluar dari lubang.
“Kami memaafkanmu. Jangan ulangi perbuatan burukmu, ya!” kata kura-kura.
“Aku tidak akan mengulanginya,” kata monyet sungguh-sungguh.
“Sekarang, kami akan membantu burung untuk membangun sarangnya yang kamu rusak,“ kata kelinci. “Maukah kamu membantu kami?”
“Iya, aku akan membantu kalian. Burung, aku akan membantumu membuat sarang yang besar dan bagus,” kata monyet.
***
Sejak saat itu si monyet tidak suka mengganggu lagi. Ia menjadi binatang yang suka membantu penghuni hutan lainnya.
***
Penulis: Sukrisno Santoso